TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MEMBANTU
OPERASI BEDAH SYARAF
Dibidang bedah saraf, hampir semua teknik operasi yang dilakukan bersifat invasif dengan kata lain harus dengan membuat luka sayatan dan membuka tulang tengkorak untuk mengakses kedalam jaringan otak atau yang biasa disebut sebagai craniotomy. Dengan berkembangnya teknologi informasi, teknik bedah saraf menjadi lebih maju. Teknologi informatika dapat membantu membuat pemetaan pada fungsi otak sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi defisit fungsi saraf (neurological deficit) yang diakibatkan oleh tindakan operatif.
Demikian pula perkembangan teknologi pencitraan modern saat ini telah memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi keberhasilan operasi bedah saraf. Visualisasi dengan menggunakan mikroskop pada waktu operasi, meningkatkan keberhasilan dan keamanan bagi penderita pasca operasi. Lebih canggih lagi, alat endoskopi telah banyak membantu para ahli bedah saraf untuk melihat setiap sudut di dalam otak manusia untuk menentukan posisi aneurism (pembesaran pembuluh darah) di otak sebelum dilakukan clipping (menjepit pembuluh darah yang beresiko terjadi ruptur/pecah).
Pada dekade terakhir, tindakan bedah saraf dengan computer-assisted image-guided (neuronavigation) telah dikembangkan untuk membantu ahli bedah saraf melakukan tindakan operasi lebih aman. Neuronavigation memungkinkan para ahli bedah saraf mengetahui lokasi lesi/tumor secara lebih akurat, dengan cara menentukan besarnya lesi/tumor dan menentukan teknik operasi yang tepat untuk mendekati lesi/tumor tersebut. Saat ini telah tersedia sistem navigasi berbentuk frame-based atau frameless berdasarkan pada teknik perbedaan posisi lesi/tumor sebagai titik poin dengan memakai integrated poin optik atau sistem elektromagnetik.
Selanjutnya, semua jenis sistem pencitraan yang menunjang pada saat dilakukan operasi bedah saraf ini memerlukan data pencitraan yang diperoleh dari CT scan (computed tomograph scanning), MRI (magnetic resonance image) dan juga integrated functional MRI, positron emission tomography, serta magnetoencephalography yang diambil sebelum operasi dilakukan. Sehingga dengan demikian belum ada satu sistem yang dapat mendeteksi perubahan dalam otak secara berkesinambungan selama operasi berlangsung seperti pergeseran otak akibat bocornya cairan serebrospinal (cairan dalam otak), pengambilan tumor, maupun perubahan bentuk otak akibat perubahan posisi pasien.
Disinilah kemahiran ahli bedah saraf dalam menggabungkan teknologi informasi dan teknik operasi diperlukan. Seorang ahli bedah saraf harus bisa menentukan jenis alat pencitraan yang mana yang diperlukan untuk membantu navigasi saat dilakukan operasi. Diantara mereka ada yang menggunakan sistem navigasi berdasarkan data pencitraan yang diambil sebelum dilakukan operasi, lalu ada pula yang menggunakan 3D ultrasonografi yang dapat digunakan real time pada saat operasi berlangsung. Bila data diambil sebelum dilakukan operasi, maka hasil pencitraan ini akan bermanfaat pada saat menentukan petanda lokasi tumor sebelum dilakukan reseksi (pengambilan tumor) dengan cara membuat garis disekitar batas tumor dengan bantuan pena khusus yang dapat memancarkan sinyal lalu titik posisi pena tersebut ditransmisikan dan diproyeksikan dalam gambar yang sudah ada
Pencitraan 3D sebelum dilakukan operasi untuk menentukan letak lesi/tumor
Salah seorang ahli bedah saraf, Wiltfang. J. dkk (2003) dari Friederich-Alexander University, Erlangen Jerman, melaporkan bahwa, teknik operasi di bagian depan (frontal), tengah dan samping (peritemporal access) kepala memberikan berbagai macam gambaran klinis sesuai dengan letak lesi/tumor tersebut. Neuronavigasi dapat memberikan gambaran secara detail tentang besar, struktur anatomi pembuluh darah di sekitar lesi/tumor. Struktur tulang juga dapat terlihat dengan sangat jelas, baik pada bagian depan, tengah dan belakang dari tulang dasar tengkorak dan memberikan gambaran yang simetris serta memiliki arti klinis yang sangat bermakna
Pencitraan 3D CT scan memberikan gambaran detail struktur anatomi, lesi, tumor
Teknologi informatika telah banyak memberikan kontribusi dalam dunia kedokteran umumnya dan khususnya bagi bedah saraf. Akan tetapi, tidaklah bisa dipungkiri pula bahwa keberhasilan operasi tidak melulu bergantung terhadap alat penunjang, tapi juga keterampilan seorang ahli bedah saraf saat menggunakan jari-jari tangannya untuk menolong penderita, adalah merupakan kunci keberhasilan saat operasi. “chirurgia = hand work = General surgery and micro-chirurgia = finger work = neurosurgery” (Takanori Fukushima,MD)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar